Ketua Bidang Network dan Infrastruktur Indonesian Digital Empowerment Community (IDIEC) Ari yanto A. Setyawan mengatakan agregator pembayaran tak hanya bersaing dengan sesama pemain tetapi juga harus menghadapi agresivitas perusahaan pembayaran digital di Tanah Air yang berani menawarkan potongan harga. Menurutnya, beberapa perusahaan pelayanan atau penjual (biller) seperti perusahaan telekomunikasi, PDAM, PLN, sekolah, bioskop, dan lain sebagainya saat ini memilih bekerja sama langsung dengan perusahaan pembayaran digital yang memiliki komunitas pengguna luas. Dia menambahkan perusahaan pelayanan publik itu tidak mengandalkan perantara perusahaan agregator pembayaran. Hal itu terjadi karena keagresifan perusahaan pembayaran digital, dalam rangka memotong biaya dan meningkatkan jumlah komunitas penggunanya. Dia menambahkan perusahaan pembayaran digital juga sering memberikan potongan harga atau pembebasan biaya transaksi.
Strategi itu cukup ampuh menarik peminat karena transaksi yang terjadi di kanal pembayaran menjadi lebih menarik, dibandingkan dengan di perusahaan agregator pembayaran. “Di sini fungsi agregator pembayaran jadi berkurang,” katanya, Jumat (30/7). Ariyanto menambahkan sulit bagi perusahaan agregator pembayaran untuk melayani para perusahaan penagih jika tidak memiliki komunitas yang kuat. Menurutnya, agregator itu harus terhubung dengan banyak kanal pembayaran, baik daring atau luring, yang dekat dengan pelanggan. Tidak hanya itu, Ariyanto menjelaskan tantangan para pemain agregator lainnya adalah menghadapi persaingan di pasar yang terbilang cukup ketat. Dia melanjutkan pemain agregator pembayaran sudah banyak sehingga persaingan terus mengarah pada harga.
Dengan bermain di harga, tegasnya, keuntungan yang diperoleh para pemain agregator pembayaran juga tidak terlalu banyak. “Para pemain agregator harus dapat menawarkan nilai yang lebih baik dan bagus dibandingkan dengan perusahaan pembayaran digital,” kata Ariyanto. Sementara itu, Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani memiliki pandangan yang tidak jauh berbeda. Ketertarikan investor di bidang agregator pembayaran, katanya, biasanya bukan hanya dari layanan yangdiberikan, juga data yang diakuisisi dari berbagai macam kanal tersedia. “Dengan data yang beragam dan makin lengkap kanal tersebut maka makin mudah data tersebut dianalisa dalam konteks behaviour pelanggan,” kata Edward. Dia menjelaskan pertumbuhan dari perusahaan agregator pembayaran bergantung pada integrasi yang terjalin dengan para pemain dagang dan banyaknya kanal luring yang sudah terhubung. Sekadar informasi, pandemi Covid-19 telah membuat transaksi digital di Tanah Air melesat. Bank Indonesia (BI) mencatat pada Desember 2020 nilai transaksi uang elektronik mencapai Rp 22,1 triliun atau tumbuh 30,44% secara tahunan.
Selanjutnya, jumlah transaksi digital banking pada periode yang sama mencapai 513,7 juta transaksi, dengan nilai transaksinya sebesar Rp 2.774,5 triliun, naik 13,91% secara tahunan. Sepanjang kuartal 1/2021, transaksi di dagang elektronik sudah mencapai 548 juta transaksi dengan nominal mencapai Rp88 triliun. Menurut BI, peningkatan volume transaksi dagang elektronik meningkat 99% secara tahunan. Tingginya jumlah dan nilai transaksi menjadi peluang bisnis bagi para pemain agregator pembayaran. Ekspansi sirclo Sementara itu, perusahaan teknologi yang fokus dalam solusi dagang elektronik Širclo siap bekerja sama dengan sejumlah pemangku kepentingan termasuk perbankan dalam mewujudkan lebih dari 10.000 UMKM tergabung dengan ekosistemnya.
Chief Operating Officer Sirclo Danang Cahyono mengatakan pada awal 2021 sebanyak 1.000 UMKM telah telah menggunakan solusi teknologi dan bergabung dengan ekosistem Sirclo. “Diharapkan sampai dengan akhir tahun 2021 bisa meningkat 10 kali lipat, itu kami targetkan secara internal agar UMKM makin banyak go digital dan berjualan daring,” kata Danang. Danang mengatakan saat ini Sirclo sedang melalukan pembicaraan serius dengan salah satu bank yangtelah memiliki ratusan ribu UMKM binaan. Bila kesepakatan keduanya terjadi, upaya Sirclo untuk mendorong UMKM go digital akan makin mudah. Dia mengidentifikasi terdapat tiga hal yang menjadi tantangan bagi UMKM untuk tumbuh, yaitu modal kerja, bahan baku dan akses ke pasar. Sirclo fokus untuk membuka akses pasar dengan menyediakan teknologi yang membuat UMKM makin lincah untuk masuk ke banyak pasar.
Jatmiko,Leo Dwi.”PERSAINGAN PEMBAYARAN DARING KETAT”,dalam Majalah Bisnis Indonesia 31 Juli 2021, (hlm. 5)
